THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sunday, June 7, 2009

LIMA PERKARA PENTING

خمسة أشياء كلنا نريدها و نحاول الحصول عليها
lima perkara semua kita mahukannya dan kita berusaha utk mendapatkannya

1-وجه جميل
1:wajah yang cantik

2- فلوس بالملاين
2:duit yang banyak

3- صحة قوية
3:kesihatan yang baik

4- اولاد شاطرين وفالحين مثلنا
4:anak2 yg cerdik dan berjaya macam kita

5- نوم عميق من دون مهدئات و أدوية
5:tidur yang nyenyak tanpa gangguan

سهلة جدا و بوصفة سحرية و سهلة تستغرق 15 دقيقة يومياً ! كيف؟؟؟؟؟
senang jer untuk mendapatkannya, hanya 50 minit setiap hari.

قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم :
sabda nabi saw,

من ترك صلاة الصبح فليس في وجهه نور و من ترك صلاة الظهر فليس في رزقه

siapa yang tinggalkan solat subuh tiadalah padanya nur di wajahnya dan siapa

yang tinggalkan solat zohor tiadalah padanya rezeki yang berkat


بركة و من ترك صلاة العصر فليس في جسمه قوة و من ترك صلاة المغرب فليس في
dan barang siapa yang tinggalkan solat asar tiadalah padanya kekuatan
badan,dan siapa yang tinggalkan solat maghrib tiadalah padanya anak2 yg
berman
afaat


أولاده ثمرة و من ترك صلاة العشاء فليس في نومه راحة

dan barangsiapa yang tinggalkan solat isyak tiadalah padanya tidur yang
nyenyak

بلغ عن الرسول (صلى الله عليه وآله وسلم ) ولو آية
sampaikanlah daripada nabi saw itu walaupun satu ayat

Islam Bersifat Terbuka
Hadith :
Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “ Kamu lebih mengetahui tentang urusan keduniaan kamu sendiri.”

Riwayat Bukhari & Muslim
Huraian
1. Islam adalah agama yang mudah dan ia memberikan kebebasan kepada umatnya untuk mengeluarkan pendapat terutama dalam urusan yang menyentuh hal keduniaan seperti dasar peperangan, urusan pentadbiran, pertanian, perekonomian dan sebagainya.
2. Berfikiran terbuka akan membolehkan kita mudah diterima oleh orang lain dan ini akan merapatkan lagi hubungan di antara satu sama lain apalagi jika sikap ini dimilki oleh seorang pemimpin dengan rakyatnya.
3. Dalam mengekalkan keharmonian dan keamanan hidup bermasyarakat, setiap individu hendaklah mengamalkan sikap berani kerana benar iaitu sesiapa yang melihat berlakunya penyimpangan dari perkara yang sebenarnya maka hendaklah ditegur dan dinasihati dengan cara yang baik. Manakala orang yang ditegur itu pula mestilah bersikap terbuka untuk menerima kenyataan dan memperbaikinya demi untuk kebaikan semua pihak.

Ukuran Iman Yang Sempurna
Hadith :
Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya:” Seseorang yang hendak berzina, tidak akan melakukan zina itu semasa ia berkeadaan sempurna imannya; dan seorang yang hendak minum arak, tidak akan minum arak tersebut semasa ia berkeadaan sempurna imannya; dan seorang yang hendak mencuri, tidak kan melakukan perbuatan itu semasa ia berkeadaan sempurna imannya; dan seorang yang hendak melakukan rompakanyang lazimnya menjadikan orang yang merompak itu memandang sahaja kepadanya, tidak akan merompak semasa ia berkeadaan sempurna imannya.”
Riwayat Bukhari dan Muslim
Huraian
Pengajaran hadis:
i) Orang yang tergamak melakukan perbuatan yang ditegah agama menandakan ketidaksempurnaan iman di jiwanya.
ii) Kebahagiaan hidup adalah bergantung pada pertalian keturunan yang baik, keselamatan akal dan fikiran serta harta benda kerana keturunan yang terpelihara akan menjamin kesejahteraan keluarga dan masyarakat, akal yang sihat membolehkan seseorang itu membezakan antara yang baik dan buruk, hak dan batil serta keselamatan harta benda itu pula membolehkan segala perancangan dilakukan dengan lancar dan sempurna.
iii) Oleh itu Islam melarang keras daripada melakukan perbuatan zina yang boleh mencemarkan keturunan manusia, minum arak atau menagih dadah yang boleh merosakkan akal fikiran serta perbuatan mencuri yang menyebabkan kesusahan orang lain dan sebagainya.
iv) Sesungguhnya kekuatan iman itu dinilai pada sejauh mana seseorang itu dapat membendung hasutan nafsunya serta menjauhi bisikan-bisikan jahat yang menggodanya. Oleh itu amat penting bagi setiap mukmin sentiasa menjaga pergaulannya agar tidak terpengaruh dengan gejala yang tidak sihat yang berlaku di sekitarnya.

memperbaiki hubungan dengan Allah

Oleh Arju Ridhollah

” Barangsiapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan menyempurnakan hubungan-Nya dengan orang tersebut.”(HR. Hakim)

Rasulullah SAW dan para sahabat dahulu menganggap shalat sebagai terminal istirahat. Saat jiwa terasa letih oleh beban perjuangan dan saat tubuh penat oleh berbagai ujian hidup, generasi terbaik itu mendirikan shalat untuk melepas lelah. Rasulullah meminta Bilal untuk mengumandangkan azan dengan mengatakan, “Wahai Bilal tentramkanlah hati kami dengan shalat…” (HR. Daruquthni)

Shalat memang suplier ruhani dan pemompa mentaal. Tanpa shalat, jiwa manusia mungkin saja tak mampu menanggung beban dalam menjalani hidup. Bagi orang yang kerap mengalami penderitaan, shalatlah yang menjadi tempat menumpahkan segala permasalahan, menjadi kesempatan mengadu dan waktu mencurahkan harapan. Bagi seorang pejuang, seorang juru dakwah, shalat juga yang menjadikannya kuat memikul semua masalah dan tantangan yang menghadangnya.

Bersyukurlah kita, Allah SWT mewajibkan shalat lima waktu sehari. Dalam lima kesempatan itu artinya, kita memperoleh masukan energy baru. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang merasakan nikmatnya shalat.

Mungkin kita pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Berapa banyak orang yang menegakkan shalat hanya memperoleh letih dan payah” ( HR Nasa’i ). Shalat yang digambarkan Rasul dalam hadits tersebut, bukan hanya shalat yang bias menjadi penyegar bagi jiwa. Shalat yang hanya bersifat ritual dan tidak memberikan kenikmatan bagi pelakunya. Shalat yang hanya gerakan fisik yang senyap dari kedamaian batin.

Salah satu syarat yang dapat memberi pencerahan batin,biasa disebut dengan khusyu’. Khusyu’ menurut Imam Ghazali adalah hudhurul qalbi kehadiran hati, konsentrasi, rasa tunduk, pasrah dan penghormatanyang tinggi kepada Allah SWT.

Amirul mukminin Umar ra mengatakan, “ Khusyu’ itu bukan menundukkan kepala, tapi khusyu’ itu ada di dalam hati.” Al Qur’an menyebutkan khusyu’ itu adalah tanda pertama orang-orang yang beruntung. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu oran-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al Mukminun: 1-2)
Tidak sedikit orang yang sulit menghadirkan kekhusyukan dalam shalatnya. Kita begitu dan nyaris tidak percaya, bila sahabat Rasulullah Ali rejustru melaksanakan shalat untuk menghilangkan rasa sakit ketika mata panah akan dicabut dari tubuhnya.

Orang yang belum biasa bekerja berat, akan merasa sangat sulit bekerja mencangkul dan mengolah sawah. Tangannya mungkin akan lecet, kulitnya terbakar oleh terik matahari dan seluruh tubuhnya terasa linu, itu dalam konteks pekerjaan fisik. Keadaannya tidak jauh berbeda dengan konteks pekerjaan batin. Khusyu’ adalah pekerjaan batin, orang yang tidak terbiasa khusyu’, dekat, pasrah, tunduk pada Allah di luar shalat, akan sulit menghadirkan kekhusyukan di dalam shalat. Khusyu’ di dalam shalat sangat terkait dengan khusyu’ di luar shalat.
Kalau hati tidak pernah hidup, tidak ada link hubungan dengan Allah di luar shalat, tentu sulit menjalin hubungan yang baik hanya dalam shalat. Bagaimna kita merasakan nikmatnya bertani, mencangkul tanh, seperti yang dirasakan para petani, kalau kita sebelumnya jarang melakukan pekerjaan tersebut,? Begitu lebih kurang gambarannya, itulah rahasianya kenapa kita sulit khusyu’.

Khusyu’ kepada Allah tidak hanya dengan menyebut Subhanallah, Alhamdulillah atau Allahu Akbar. Khusyu’diwujudkan dengan hati yang senantiasa berhubungan denagn Allah, meskipun lidah tidak menyebut nama Allah.

Melihat ciptaan Allah, hati merasakan kebesaran Allah. Melihat peristiwa apapun semakin menyuburkan ingatan kepada Allah. Mendapat nikmat, hati mengatakan, “Syukur Allah tidak menjadikan aku menderita.” Hati tersentuh dan malubila melakukan ketidaktaatan. Bila ditimpa musibah, hati mengatakan, “Mungkin saya berdosa pada Allah.” Sikap0sikap seperti itulah yang semakin menambah kedekatan hatidengan Allah SWT. Itulah yang dimaksud dalam firman-Nya, “Mereka yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan berbarung.”
Itulah sebabnya para ahli ibadah mengatakan, aku merasa damai meskipun sendiri.” Kenapa? Karena mereka dalam kondisi terus berdzikir dengan melihat semua fenomena alam dan hatinya mengingat Allah Jalla Wa’ala.

Ibarat orang yang sayang dan rindu kepada kekasihnya, setiap barang kepunyaan kekasihterlihat di depan mata membuat hati ingat dan terkait dengan kekasih. Kalau sudah ada benih khusyu’ di luar shalat, maka saat berwudhu pun sudah khusyu’.

Seorang muslim harus berusaha menghidupakan kedekatan hatinya denagan Allah, kapan pun dan dimanapun. Tokoh ulama Mesir Hasan Al Banna menyifatkan karakter seorang mujahid adalah bukan orang yang tidur sepenuh kelopak matanya, dan tidak tertawa selebar mulutnya. Maksudnya itu menggambarkan suasana keseriusan dan kesungguhan orang yang berjuang di jalan Allah.

Apa rahasia di balik kesungguhan dan keseriusan itu? Dalam shalat mereka sangat membesarkan dan mengagungkan Allah. Di luar shalat mereka juga tetap membesarkan Allah, hidup sesuai syari’at, menjauhkan diri dari kemungkaran dan maksiat. Maka Allah akan menaungi mereka, sebab ada hubungan sangat erat antara shalat dan perilaku-perilaku sosial. Merekalah yang dimaksud dalam sabda Rasulullah, “Barangsiapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan menyempurnakan hubungan-Nya dengan orang tersebut.” ( HR. Hakim )

Diposkan oleh Cahaya Madinah di 04:53